WARISAN LELUHUR
Tanah ini pernah kering tandus
Lalu kami siram ia dengan keringat
Tumbuhlah tunas tunas hijau
Membuahkan rezeki penghapus lapar
Memberi harapan untuk satu perjalanan
Yang bernama kehidupan
Inilah warisan para leluhur
Dan inilah sumpah kami
Bahawa selagi keringat membasah bumi
Akan tetap subur pusaka kami
Menaungi mereka yang bakal lahir
Dulu pernah ada lautan sengsara
Yang membuat kami perkasa
Keperitan dan sengsara adalah hiasan
Menyalut dan mengukuh kebanggaan kini.
Wahai bangsa ku!
Ingatlah
Perjalanan ini tiada hentinya
Perkukuhkan langkah kita
Menuju medan jaya
Haini Karno
Keningau
Komen Prof Lim Swee Tin penyair tersohor tanah air pasal sajak aku ini, Sebelum dia mula mengomen, dia kata jangan marah jika dia komen, kerana ramai penulis tak suka karya mereka dikritik. Aku kata tak jadi masalah dan aku bersedia menerimanya,.
Dia pun komenlah selepas dia baca sajak aku yang tak sepertinya ini. dia kata tidak bagus penggunaan ayat banyak basi, penulis belum bersedia, harus banyak belajar, hem aku tak marah dengan komen2 yang dilontarkan betul pun, kan aku baru belajar tulis puisi.
komennya bla bla bla tiba2 ada lautan sengsara ha ha aduhaii...dia sempat memberi sedikit panduan bagaimana melakar sajak yang indah dan bermakna, katanya lagi tak perlu guna ayat mendayu-dayu bimbang akhirnya tiada makna. Dan dia bagi contoh sajak yang ringkas tapi padat. Wah jika aku berkesempatan ikut bengkel dengannya alangkah bagusnya.
Pertemuan tanpa dirancang di KLIA 2 itu, aku ambil kesempatan bertanya saat kami sedang minum tea O minggu lalu bersama sahabatku Katirina Tati. pertanyaanku hanya menjurus kpd perkara berkaitan sajak saja seperti lakunya macam budak tadika yang baru belajar a b c.
Itulah pertama kali dapat sembang2 dengan Prof Lim Swee Tin secara depan pertuturan bahasa melayunya amat fasih logat chinanya langsung tiada.
Tanah ini pernah kering tandus
Lalu kami siram ia dengan keringat
Tumbuhlah tunas tunas hijau
Membuahkan rezeki penghapus lapar
Memberi harapan untuk satu perjalanan
Yang bernama kehidupan
Inilah warisan para leluhur
Dan inilah sumpah kami
Bahawa selagi keringat membasah bumi
Akan tetap subur pusaka kami
Menaungi mereka yang bakal lahir
Dulu pernah ada lautan sengsara
Yang membuat kami perkasa
Keperitan dan sengsara adalah hiasan
Menyalut dan mengukuh kebanggaan kini.
Wahai bangsa ku!
Ingatlah
Perjalanan ini tiada hentinya
Perkukuhkan langkah kita
Menuju medan jaya
Haini Karno
Keningau
Komen Prof Lim Swee Tin penyair tersohor tanah air pasal sajak aku ini, Sebelum dia mula mengomen, dia kata jangan marah jika dia komen, kerana ramai penulis tak suka karya mereka dikritik. Aku kata tak jadi masalah dan aku bersedia menerimanya,.
Dia pun komenlah selepas dia baca sajak aku yang tak sepertinya ini. dia kata tidak bagus penggunaan ayat banyak basi, penulis belum bersedia, harus banyak belajar, hem aku tak marah dengan komen2 yang dilontarkan betul pun, kan aku baru belajar tulis puisi.
komennya bla bla bla tiba2 ada lautan sengsara ha ha aduhaii...dia sempat memberi sedikit panduan bagaimana melakar sajak yang indah dan bermakna, katanya lagi tak perlu guna ayat mendayu-dayu bimbang akhirnya tiada makna. Dan dia bagi contoh sajak yang ringkas tapi padat. Wah jika aku berkesempatan ikut bengkel dengannya alangkah bagusnya.
Pertemuan tanpa dirancang di KLIA 2 itu, aku ambil kesempatan bertanya saat kami sedang minum tea O minggu lalu bersama sahabatku Katirina Tati. pertanyaanku hanya menjurus kpd perkara berkaitan sajak saja seperti lakunya macam budak tadika yang baru belajar a b c.
Itulah pertama kali dapat sembang2 dengan Prof Lim Swee Tin secara depan pertuturan bahasa melayunya amat fasih logat chinanya langsung tiada.
Berfoto bersama penyair tersohor negara Lim Swee Tin di KLIA 2, foto ini dirakam oleh isterinya |
No comments:
Post a Comment